UNSUR RELIGIUS ISLAM YANG TERKANDUNG PADA NOVEL “NAFSUL MUTHMAINNAH” KARYA ANFIKA NOER



RADINAL AIDIN (BWECHEK)

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa religius adalah perasaan keagamaan, yaitu segala perasaan batin yang berhubungan dengan Tuhan. Seperti perasaan takut kepada Allah. Sedangkan menurut kamus lengkap bahasa Indonesia (291 : 2005) religius adalah kepercayaan akan adanya adikodrati di atas manusia.
Adapun nilai religius dalam Nafsul Muthmainnah karya Anfika Noer akan diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu keimanan (Akidah) ikhsan (akhlak), dan ibadah.




1.        Akidah
Akidah dalam bahasa arab disebut aqidah, secara epistemologi ( bahasa) aqidah adalah ikatan atau sangkutan, bentuk jamaknya ialah aqa’id, secara terminology ( istilah) aqidah ialah keyakinan hidup atau lebih khas lagi yaitu iman. Sesuai dengan maknanya ini yang disebut aqidah adalah bidang keimanan dalam Islam, dengan meliputi semua hal yang harus diyakini oleh seorang muslim atau mukmin pengertian akidah secara luas adalah keyakinan penuh yang dibenarkan oleh hati, diucapkan oleh lidah dan diwujudkan dalam amal perbuatan. Sedangkan secara khusus akidah adalah keyakinan terhadap Allah, Malaikat, kitab-kitab Allah, Hari Kiamat dan ketentuan Allah tentang Qadha dan Qadar.
Adapun nilai akidah dalam novel Nafsul Muthmainnah sebagai berikut:
(…… kalian sama-sama orang yang suka bergerak, kalau baru sekarang dipertemukan, mungkin memang sudah jalannya demikian”, lalu kalimat Azwar terhenti, wajah hasbi menunjukan ketidakmengertian. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 26).

Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa pada dasarnya segala sesuatu yang terjadi di bumi ini, baik yang dialami oleh manusia ataupun makhluk lain telah ditentukan oleh Allah Swt, dan usaha manusia, Menjadi sebab dari ketentuan itu.Q.S. Al-An’am (6) : 59),
Terjemahan : Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya ; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daunpun yang gugur yang tidak diketahuiNya.Tidak ada sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak  pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam kitab yang nyata (lauh mahfuz).

Ia memejamkan mata. Kini tak hanya hatinya yang gelap. Pandangannya juga tak menangkap sedikit cahaya. Memang terkadang cahaya itu harus di cari, tak selalu ia datang menghampiri. (Nafsul Muthmainnah ; 2007 : 42).

Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa pada dasarnya ketika manusia ingin memperoleh hasil yang diinginkan, manusia tidak boleh hanya berdoa dan menunggu hasilnya turun dari langit tapi manusia juga harus berusaha dan berikhtiar. Itulah tiga hal yang dianjurkan dalam agama, dan hasil dari doa, usaha dan tawakkal itulah takdir manusia.
“ya sudah! kamu istikharoh saja, yang terbaik itu yang mana. Atau, kamu terus terang saja ke Bu Selly, minta izin untuk malsukan tanda tangannya!“ (Nafsul Muthmainnah ; 2007 : 47).
Penggalan novel di atas menjelaskan bahwa ketika manusia dalam kebingungan atau tidak mampu mengambil sebuah keputusan maka lakukanlah shalat istikharoh, yaitu shalat untuk mencari petunjuk. Selain itu penggalan novel di atas juga menjelaskan bahwa kejujuran jauh lebih baik dari kebohongan.
“astaghfirullah”, Hasbi bergumam. Justru prihatin (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 64).

Penggalan novel di atas menjelaskan bahwa ketika manusia kehilangan kontrol atau melakukan perbuatan di luar kendali, maka manusia dianjurkan untuk mengucapkan kata astaghfirullah yang artinya Tuhan ampuni aku.
“Yumna tak lagi bersuara. Dengan segera kesepian menyimak hati. Tulisan di layar komputer itu seperti ada di hadapannya lagi sekarang. Ia merasa bersalah kepada Hasbi. Tak menyangka kalau sarannya akan diperhatikan baik-baik? sedangkan Yumna sendiri gelisah. Kesalahan memang sulit bersanding dengan kebenaran. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 67).

Penggalan novel di atas menjelaskan bahwa manusia sebelum bertindak haruslah berpikir baik-baik terlebih dahulu sebelum dilaksanakan, karena terkadang pemikiran yang pendek akan menghasilkan jalan yang salah dan menuai penyesalan karena penyesalan selalu datang belakangan, dan sebesar apa usaha manusia maka sebesar itu pula hasil yang akan diperoleh karena setiap akibat pasti dimulai dengan sebab dan penggalan novel di atas juga menjelaskan bahwa kebaikan tidak bisa dipersandingkan dengan keburukan kebaikan hanya bisa dipersandingkan dengan kebaikan begitu pula sebaliknya.  Setiap perbuatan manusia selama di dunia pasti akan dipertanggung jawabkan dikemudian hari apakah itu perbuatan baik atau buruk. Hal ini diperjelas dalam Q.S Al-Qamar (54)(ayat 52-53)
Terjemahannya :Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan .dan segala sesuatu yang kecil maupun yang besar (semuanya) tertulis .
Senyum terus menghias wajahnya. Berkali-kali mulutnya bertasbih. Berdetak kagum. Lama ia tak berkedip. Seolah takut pemandangan ini akan lenyap seketika. (Nafsul Muth mainnah, 2007 : 69).
Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa betapa sempurna Tuhan menciptakan bumi, bahkan kecerdasan manusiapun tak mampu memberikan penjelasan apa-apa, manusia hanya bisa berdecak kagum ketika mereka menyadari semua itu. Itupula yang dialami Yumna ketika melihat keindahan pemandangan di kota Padang. QS.AL-Hadid (59) ayat 1
Terjemahannya: Bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi: dan Dialah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Ia mengeluh dalam hati. Waduh, Allah, kenapa Ustadz ferhat begitu tega membuangku ke tempat ini? ( Nafsul Muthmainnah, 2007:100)
Penggalan novel di atas menjelaskan kaluh kesah Hasbi berada dipesantren yang direkomendasi ustadz ferhat. Penggalan novel di atas juga menjelaskan bahwa manusia terkadang tidak mampu menerima niat baik seseorang dan mereka lebih senang mengeluh menganggap apa yang mereka alami sekarang adalah hasil dari perbudakan dan penjajahan atas kebebasannya, padahal dalam setiap kejadian yang dialami akan selalu ada hikmah yang bisa diambil yang bisa mendewasakan kita.
…..,Sembari menunggu waktu untuk bercakap dengan Ustadz Habibi, sebisa mungkin Hasbi berusaha menjernikan hati dari masalah ini. Menurut ucapan Yumna beberapa waktu lalu,” Apa yang terjadi pasti itu yang terbaik bagi kita. Ambil saja  hikmahnya. Jangan terlalu dikenang ,bila tak enak dirasakan. perjalanan disana masih panjang. Jangan buang waktu untuk hal yang telah lalu. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 111)

Penggalan novel di atas menjelaskan bahwa dari setiap kejadian yang terjadi pasti ada hikmah yang bisa diambil untuk dijadikan pelajaran dalam menjalani hidup, bukan justru sebaliknya hal itu dijadikan batu penghalang untuk menjadikan hidup menjadi lebih baik dari sebelumnya, dan agar setiap masalah dapat terselesaikan dengan baik, buatlah solusi ketika hati sudah nyaman berada di tempatnya karena sesungguhnya Allah menyukai hambanya yang mampu bersyukur ketika ditimpa musibah atau kebaikan.
…..Katanya, ingin silaturahim dengan ustadz Habibi, teman lamanya itu. Tapi, Hasbi punya firasat bedah. Pasti masalah sarah telah sampai di telinga ustadznya itu. Ah ! Alangkah memalukan. Tapi, mau bagaimana semua sudah terjadi, kehendak-Nya demikian (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 112).
Penggalan novel di atas menjelaskan bahwa manusia tidak akan lepas dari sebuah masalah karena itu adalah fitrah. Dan setiap kejadian yang dialami manusia sesuai dengan kehendak Allah, manusia hanya berencana tetaplah Allah yang menentukan segalanya.
Jangan macam-macam, segala tindakan akan diminta pertanggung jawaban. Dan betapa berat pertanggung jawaban untuk sebuah …….,” Yumna tak tega berkata fitnah …..(Nafsul Muthmainnah, 2007 : 127).

Penggalan novel di atas menjelaskan bahwa dalam betindak harus dipikirkan baik-baik apakah lebih banyak mendatangkan mamfaat atau mudorat. Jika lebih banyak manfaatnya boleh dilaksanakan, tapi jika lebih banyak mudoratnya maka hindarilah. Dan jangan berani mengeluarkan sebuah pernyataan yang belum tentu kebenarannya karena setiap perbuatan manusia akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah, dan balasan perbuatan itu hanya ada surga atau neraka. Q.S Az Zalzalah ( 99) ayat: 7-8
Terjemahannya:”Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat ( balasan)nya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.
“Waktunya juga tepat, sepuluh hari terakhir kita i’tikaf, tak ada salah bila sebelum itu kita tafakur alam, iya kan?” Dia menyudahi makanannya. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 131).
Penggalan novel di atas menjelaskan bahwa sepuluh hari terakhir di bulan suci ramadhan adalah waktu yang baik untuk ber I’tikaf atau berdiam diri di masjid serta bertafakur; mengagung-agungkan Allah Swt melalui ciptaan-Nya.Q.S. Ar-Rahman (55);11-16,
Terjemahannya :Di dalamnya ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang, dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar. Dan dia menciptakan Jin dari nyala api tanpa asap. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
“Subhanallah! Pantas saja udara di sini segar sekali”. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 141)
Penggalang novel tersebut menjelaskan bahwa ketika manusia melihat suatu kejadian yang tidak biasa yang memberikan kebiasaan. Maka hendaklah memuji Allah Swt.
“Ya Robbi, yang menguasai rohani dan jasadi, apa yang terjadi dengan diri ini?”. Hasbi bergumam lirih. Sebelumnya, jarang ia seperti itu………….(Nafsul Muthmainnah, 2007 : 153)
Penggalang novel di atas menjelaskan bahwa ketika manusia berada dalam kebimbangan, hendaklah selalu mengingat kepada Allah Swt, karena Allah Swtlah tempat berkelu kesah yang paling baik. Q.S. Al-Baqarah (2):112.
Terjemahannya: Tidak! Barang siapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah Swt, dan dia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.
Masalah internal? Oh……Allah Swt. Engkau sungguh Maha tahu, aku sendiri, yang mengalami semua ini tak mengetahui apa sesungguhnya yang terjadi padaku. Lebih parah lagi, aku tak mengerti apa yang ku inginkan. Maka, berilah petunjuk-mu. (Nafsul Muthmainnah, 2007:163)
Pengalang novel di atas menjelaskan bahwa manusia terkadang hidup dalam kebingunggan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dan yang sedang dialaminya. Dan dalam kebingungan seperti itu, satu-satunya tempat untuk meminta petunjuk hanyalah Allah Swt, karena sesungguhnya dia adalah pemberi petunjuk yang paling baik.
Allah, jika sekarang masih terlarang, jangan kau biarkan siapapun. Jagalah sepotong daging ini, sebagai mana engkau memfungsikannya sebagai penawar racun (Nafsul Mutmainnah, 2007 : 189)
Penggalan novel di atas menjelaskan bahwa sepotong daging yang dimaksud dalam novel tersebut adalah hati. Di mana hati menjadi salah satu petunjuk ketika manusia dalam kebingungan, ketika hati rusak, maka rusaklah seluruh tubuh.
Oh Tuhan, rahasia apa yang tersembunyi di balik semua ini? Uda Dira, Uni Linda, sungguh gelagat yang mencurigakan. Dan Gofur, ada apa dengan mereka bertiga?.... (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 203).
Penggalan novel di atas menjelaskan bahwa tidak ada yang bisa menebak isi hati seseorang kecuali orang itu sendiri dan Tuhan. Tuhan mengetahui apa yang terlihat dan tak terlihat secara kasat mata. Tuhan adalah tempat yang paling baik untuk mengeluh segala beban dan kebahagiaan.
“Anti sendiri pernah bilang, kalau ada kemauan pasti ada jalan. Atau tetap pada prinsip, bahwa yang sedang dijalani itulah yang terbaik. Tinggal pilih”. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 207).

Penggalan novel di atas menjelaskan bahwa dalam hidup manusia harus berusaha untuk mencapai kesuksesan dalam hidup. Manusia tidak boleh pasrah dalam kehidupan dan menerima segala takdir yang dijalani tanpa ada usaha sedikitpun untuk merubahnya menjadi lebih baik. Dan dari hasil usaha manusia itulah yang menjadi takdir sesungguhnya seorang manusia.
Allahumma, aku berlindung kepada-Mu dari rasa sesak di dada dan gelisah. Aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan. Aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada-Mu dari dilingkupi utang dan demi nasib manusia.

Penggalan novel di atas menjelaskan bahwa hanya Allahlah tempat berlindung dan memohon segala sesuatu , hanya Tuhanlah  pemberi jalan lurus dan terhindar dari kesesatan, menyekutukan Allah hanyalah jalan menuju kesesatan yang abadi dan manusia yang membiarkan dirinya dikuasai oleh manusia lain adalah manusia yang paling rugi karena telah menggantungkan diri kepada manusia yang sederajat dengannya. Q.S Ali Imran( 3)ayat 8.
Terjemahannya: (mereka berdoa),”Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi”. (Q.S. Ali Imran (3):8).

…..: Manusia hanya mengira-ngira, Allah juga penentu. Tak boleh mereka reka dengan angan-angan sepanjang itu.Yang telah diputuskan melalui rakaat-rakaat tiap malam adalah yang terbaik. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 241).

Penggalan novel di atas menjelaskan bahwamanusia tidak boleh menyesali segala yang telah terjadi dan melakukan pengandaian terhadap sesuatu yang telah terjadi, karena sesungguhnya Tuhan tidak menyukai hamba-Nya yang suka berandai-andai.Mendirikan shalat malam jauh lebih baik untuk memaknai dan memahami segala kejadian yang terjadi pada diri kita.
Maghrib berkabut. Segala yang datang dari Allah akan kembali kepada-Nya. Di senja ini, segala keraguan, kecemasan, ketakutan, dan segala pertanyaan terjawab sudah. Sesaat setelah adzan dikumandangkan, ketika si anak bungsu membasuh kulit keriput sang bunda sebagai syarat menunaikan tiga rakaat, belum sempat ia dibantu untuk TakhBiratul Ihrom, izroil telah mendahului mengetuk pintu. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 244).

Penggalan novel di atas menjelaskan bahwa segala sesuatu di langit dan di bumi itu milik Allah, dan semua yang ada di bumi dan segala yang datang dari Allah pasti akan kembali kepada-Nya. Dan ketika itu tiba maka manusia tidak bisa menghalangi dan menghindar, manusia hanya bisa menerima dengan keiklasan.
“…….Kalau ente telah bertekat bulat, bertawakallah. Lakukan yang terbaik”. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 260).

Penggalan novel di atas menjelaskan bahwa, pada dasarnya segala sesuatu haruslah di mulai dengan niat dan tekad yang bulat dalam melangkah,  dalam proses pelaksanaan itu manusia harus senantiasa berdoa, dan bertawakkal kepada Allah swt. Q.S Ali Imran ( 3)ayat 159.
Terjemahannya:Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersifat keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam usaha itu.Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakkal. (Q.S. Ali Imran, 3 : 159).

“Ente tentu ingat Allah tak akan mengubah keadaan seseorang, bila ia sendiri tak berupaya mengubahnya.Hanya kau yang mampu untuk itu, apa yang kau inginkan, harus kau upayakan untuk meraihnya”. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 260).

Penggalan novel di atas menjelaskan bahwa, berubah nasib seorang manusia itu tergantung sebesar apa usahanya untuk merubah nasib tersebut. Oleh sebab itu manusia dibekali akal untuk dipergunakan demi kesejahteraan setiap manusia, seperti apa manusia menggunakan akal itu, akan berdampak pada nasib yang akan dialaminya pula. Q.S Ar Ra’d ayat 11.
Terjemahannya: ”Baginya(manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

…….”Sebaik-baik kamu adalah yang mempelajari Al Quran dan mengajarkannya. Dan Antum telah menghibahkan Al Quran untuk saya, syukron. Semoga Antum pun selalu mempelajari dan mengamalkan. Semoga kita semua selalu di bawah lindungan-Nya. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 279).

Penggalan novel di atas menjelaskan bahwa manusia yang paling baik diantara kamu adalah yang mempelajari Al Quran, karena Al Quran adalah sumber ilmu, dan petunjuk bagi manusia agar tidak hidup dalam kesesatan, dan sesama manusia hendaklah saling mengingatkan agar ridho dan perlindungan Allah selalui menyertai kita. Hal tersebut diperjelas dalam hadis HR. Bukhari. Yang mengatakan bahwa “sebaik-baik kamu adalah yang mempelajari Al Quran dan mengajarkannya.
Perjalanan hidup, siapakah yang bisa menebak arahnya. Meski tujuan akhir selalu dipantangkan bahwa hidup adalah investasi untuk hidup setelah mati namun terkadang, jalan yang semestinya lurus itu berbelok sesekali. (Nafsul Muthmainnah , 2007 : 287)

Penggalan novel di atas menjelaskan bahwa terkadang apa yang terjadi tidak sesuai dengan rencana. Walaupun hal itu telah dipersiapkan dengan sangat baik, tetap saja ada sebuah sebab yang menyebabkan hal itu berbelok dari rencana yang sudah ada, dan perbuatan di dunia adalah penentu untuk kehidupan di akhirat.
Ia ingin mengingat apa yang layak untuk diingat, ia ingin menimbang apa yang bisa ditimbang. Merata itu harus terus diperhatikan. Kalaupun pada akhirnya hanya menghasilkan penyesalan, maka itu akan lebih baik dari pada tak ada sesal sama sekali sehingga tak tahu letak kesalahan, lalu mamilih mengulangi hal yang sama. Entah hal apa saja yang membuat manusia menyesal, terlalu banyak untuk didata, terlalu rumit untuk dihitung. Sesal itu cara, dan harus ada pelipurnya. Maka, ingat saja, bahwa apa yang dijalani sekarang adalah yang terbaik. Oleh sebab itu, hanya ada satu obat dari segala luka : ridho atas segala ketentuan-Nya. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 292).

Penggalan novel di atas menjelaskan bahwa selama menjalani hidup, manusia akan mengalami berbagai kejadian yang tidak pernah diduga, dan kejadian itu terkadang dianggap angin lalu semata, atau justru akan menghasilkan sebuah penyesalan dan deraian air mata. Namun dari setiap kejadian akan ada hikmah yang diperoleh, yang akan menjadikan manusia lebih bijak dan dewasa, dan semua kejadian itu akan lebih bermakna dan akan menjadi lebih baik  ketika kita ikhlas atas segala kejadian yang dialami sebagai ketentuan dari Allah Swt.
“Boleh saja kita berharap banyak kepada seseorang. Tapi, harapan harus beriring dengan kesiapan menerima kenyataan,” gumamnya dengan lirih. Menguatkan gadis yang kini bahunya telah bergoncang.” Mbak percaya, harapan yang diiringi doa, akan menghasilkan sesuatu yang baik. Tapi tetap saja, kita tak tahu apa yang terbaik. Jadi, jalani saja.” Hiburnya lagi.Merpati yang terluka.
“Itu resiko, Citra. Tak semua apa yang kita inginkan dapat kita capai. Upayakan untuk ridho. Menyakini bahwa apa yang terjadi adalah kehendak-Nya dan itu yang terbaik-baik kita, maka kita akan lega. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 333).

Kedua penggalan novel di atas menjelaskan bahwa ridho dan berserah diri kepada Allah, adalah jalan terbaik menyelesaikan sebuah masalah. Merupakan sesuatu yang fitrah ketika manusia menginginkan sesuatu namun,harapan terkadang tidak sejalan dengan kenyataan karena keikhlasan adalah kunci untuk menjaga hati tetap baik. Q.S Luqman ( 31) ayat 22.
Terjemahannya: Dan barang siapa berserah diri kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhal (tali) yang kokoh. Hanya kepada Allah kesudahan segala urusan (Q.S. Luqman (31):22).

2.        Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu khuluq. Akhlak berbentuk jamak, sedangkan khuluq berbentuk mufrad/tunggal. Arti khuluq ialah perangai atau tabiat. Ibnu maskawaih mengartikan akhlak sebagai keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan fikiran (lebih dahulu).
Berbeda dengan Ibnu Maskawaih, Imam Al-Ghazali, mengartikan akhlak sebagai suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari sifat itu timbul perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan fikiran (lebih dahulu). Prof. Dr. Ahmad membuat definisi, bahwa yang dimaksud ahklak ialah “Adatul-Iradah”, atau “ kehendak yang dibiasakan”.
Dari beberapa pengertian diatas,penulis menyimpulkan bahwa akhlak adalah perbuatan-perbuatan yang dilakukan sebagai aplikasi dari sifat yang tertanam di dalam hati yang tidak memerlukan pemikiran terlebih dahulu.
Adapun nilai ahklak dalam novel Nafsul Muthmainnah karya Anfika Noer sebagai berikut :
Bah! Begitu gampang ia berkata.Tak tahukah bagaimana perjuangan mencapainya ? Dua langkah itu bukan sekedar ayunan kaki ringan. Mendadak, Hasbi tersinggung, ia merasa disepelekan. Ia kesal sekaligus penasaran dengan sosok akhwat itu. Tepatnya ia keki,dan merasa tertantang. (Nafsul Mutmainnah, 2007 : 22)
“Kenapa memangnya ? siapa dia,sehingga aku harus mengenalnya ! Tanyakan padanya, apakah ia mengenalku,bila tidak justru dia itu yang tidak pernah bergaul” Hasbi sewot...(Nafsul Mutmainnah, 2007 : 22)
Kedua penggalan novel di atas menjelaskan bahwa, manusia terkadang tidak mampu mengontrol perkataan ketika sedang emosi, dan posisi tersudut sering membuat manusia mengeluarkan kata-kata  yang tidak dipikirkan terlebih dahulu.
“Apa tidak ada penilaian lebih baik dari itu?” Hasbi mencoba mengalah, sembari menetralkan hatinya yang bergemuruh hendak marah. Belum pernah ada gadis yang berulang-ulang membuatnya kesal seperti ini. Ia merasa harga diri dan wibawanya dijatuhkan sedemikian rupa. (Nafsul muthmainnah, 2007 : 35).

Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa terkadang kata-kata yang dikeluarkan seseorang tanpa dia sadari telah menyinggung perasaan kita. Namun, kesadaran dan berpikiran positif dan menjadikan suasana lebih baik,walaupun hati merasa teraniaya.
“Begini secara de Facto, Bu Selly sudah tanda tangan di skripsimu. Pokoknya ada bukti bahwa beliau sudah tanda tangan, titik !
Nah, secara dejure, ada sanksi bagi mahasiswa yang memalsukan tanda tangan dosen, terlebih untuk skripsi…..(Nafsul Muthmainnah, 2007 : 46)

Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa dalam beberapa hal, rasionalitas dan idealisme tidak sejalan, dan tidak bisa dipersandingkan. secara De facto merupakan penggambaran dari pertarungan idealisme, dimana demi sebuah tanda tangan manusia harus berbohong atau menipu. Sedangkan secara De Jure merupakan penggambaran dari realitas kehidupan bahwa perbuatan yang melanggar hukum pasti akan mendapatkan sangsi sesuai dengan aturan yang berlaku. Q.A Adz-dzariyaat ayat 55.

Terjemahannya: Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang orang mukmin. (Q.S Adz.Dzariyaat ayat 55).
……Cuma harus tetap hati-hati. Jaga interaksi. Jaga hati. Ingat menjaga hati itu tak boleh egois. Kamu bisa, belum tentu dia. Kalian sama- sama bisa, tapi orang lain berperasangka. (Nafsul Muthmainna, 2007 : 54).

Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa dalam pergaulan, manusia haruslah menjaga etika karena di dunia ini banyak manusia dengan carapandang yang berbeda-beda dalam menanggapi sebuah permasalahan. Untuk itu sebagai seorang muslimharus bisa jaga interaksi dan jaga hati. Oleh sebab itu manusia, baik laki-laki maupun perempuan dituntut untuk hijab. Q.S An. Nuur ayat 30-31.
Terjemahan:Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya: yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakan perhiasan (Auratnya), kecuali yang (Biasa) tampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutup kain kudung padanya, dan janganlah menampakkan perhiasan kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukul kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.


“Tapi habiskan dulu makanan Anti. Kita tidak tahu, berkah makanan itu ada dimana.” (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 57).

Penggalan novel di atas menjelaskan bahwa, apapun yang kita makan atau minum, hendaklah dihabiskan karena diantara makanan itu ada yang memiliki berkah yang luar biasa dan kita tidak pernah tahu letak berkah itu
Dari jabal Ra, ia berkata : Rasulullah saw menyuruh agar membersihkan sisa makanan yang menempel pada jari-jari tangan dan piring. Beliau bersabda “ sesungguhnya kalian tidak tahu pada bagian mana makanan itu mengandung berkah.” ( HR.Muslim )

“Hasbi, kapan kau benar-benar akan memutuskan hidupmu sendiri ? Kulihat selama ini kau pemimpin yang tangguh, tapi untuk memimpin diri sendiri mengapa begitu sulit ? Permintaan ustadz itu kan bisa kau tolak jika kau memang tak minat. tak perlu merasa sungkan. Untuk apa melakukan suatu pekerjaan lantaran sungkan,” (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 81)
Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa banyak manusia yang begitu pandai memimpin dan mengarahkan seseorang, tapi terkadang dia sendiri tak mampu untuk membimbing dirinya, dan melakukan  sesuatu yang sebenarnya tidak ingin dia lakukan.
Selesainya rentetan sms itu menyadarkan Yumna akan satu hal. Posisinya  saat ini adalah motivator yang sedang future. Menyemangati dirinya saja tak mampu, tapi berupaya meyakinkan orang lain ( Nafsul Mutmainnah , 2007 : 86 ).
Penggalan novel di atas menjelaskan bahwa setiap orang dapat menjadi motivator bagi orang lain, walaupun pada dasarnya dia sendiri tidak mampu menjadi motivator bagi dirinya sendiri, dan terkadang menyemangati dan meyakinkan orang lain untuk berbuat jauh lebih mampu untuk dilakukan.
Bahaya. Gawat. Kalau sampai gadis itu berprasangka lebih terhadapnya. Bukankah ia sudah kenyang  dengan pengalaman demikian? bagaimanapun Yumna adalah seorang perempuan, mahkluk yang terbiasa mengedepankan perasaan. Bisa besar kepala dan gede rasa saja anak itu, semoga ini kali terakhir ia minta pertimbangan gadis itu, lain kali, jangan lagi kecuali kalau terpaksa, ah !sama saja (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 91).
Penggalan novel di atas menjelaskan bahwa ego terkadang lebih menguasai rasio daripada rasa, keegoisan terkadang menutupi kebenaran bahwa kita membutuhkan orang lain, terlepas apakah dia akan berprasangka lain terhadap sikap kita.
Hasbi menjawab salam sambil memperhatikan sosok kurus tinggi itu. Tatapan ustadz di depannya itu tajam dan lurus menembus mata Hasbi. Ia  tak mau berlama-lama menatap balik bola hitam itu.Segera ia menyodorkan tangan dan mencium punggung tangan lelaki itu dengan takzim. ….(Nafsul Muthmainnah, 2007 : 98).
Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa  caraseseorang memandang terkadang sangat menakutkan bagi orang lain. Dan lama usia menjadi faktor pendukung untuk memperkuat ketajaman suatu pandangan. Dan dalam budaya masyarakat tertentu menghormati orang tua merupakan salah satu keharusan.
“Akhi Hasbi, Antum dipanggil Ustadz Habii”, kepala botak itu muncul tanpa di dahului salam (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 102).

Penggalan novel di atas menjelaskan, perbuatan seorang anak yang kurang terpuji, dimana dalam lingkungan masyarakat secara umum atau lingkungan pesantren secara khusus ketika hendak menegur seseorang hendaklah didahului dengan salam. Sebagai etika dalam pergaulan.
“Tahukah ?Ane telah su’udzon kepada Antum terkait hal ini”. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 113).

Penggalan novel di atas menjelaskan bahwa seseorang telah berpikiran yang salah atau telah mengklaim seseoarng telah berbuat salah padahal tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa orang tersebut salah.Dan mencurigai seseorang tanpa bukti adalah salah satu perbuatan tercela.
Tapi tentang persoalan satu ini, Hasbi tak mau terbuka. Tepatnya, ini tak mau diatur. Ternyata ustadz Ferhat pun menilainya sebagai sosok pemuda yang tak bisa membuat keputusan tak sadarkah ustadz, bahwa perannya begitu besar dalam membentuk karakter satu itu?. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 115).

Penggalan novel di atas menjelaskan bahwa keinginan seseorang untuk bisa mandiri dalam segala hal terkadang terhalang oleh rasa hormat kepada seseorang dan perhatian yang diberikan kepadanya terkadang menjadi salah satu faktor yang menghasilkan sifat ketergantungan tersebut. Dan perhatian yang diberikan terkadang tanpa sadar telah menjadi penghalang bagi seseorang untuk berkembang.
Masa hingga untuk mengurus melanjutkan studi masih lama. Ia menggunakan waktu untuk melempar berbagai surat lamaran kerja. Hampir setiap hari Dila, Linda, bahkan paman dan bibi menyodorkan kualifikasi dan alamat yang bisa dituju untuk ikhtiarnya.Namun, tampaknya Yumna sangat selektif. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 119).

Penggalan novel di atas menjelaskan bahwa dalam dunia yang penuh persaingan manusia harus berpikir rasional dan berusaha. Menggunakan waktu sebaik mungkin, manusia tidak boleh hanya duduk diam dan berharap pekerjaan yang diinginkan akan datang sendiri, tapi manusia harus berusaha untuk memperolehnya.
“Aih! Apa dia kira aku mau balas lagi?”.Y umna kesal dengan sms tak bertanggung jawab itu. Berani berbuat tapi takut bertanggung jawab. Awalnya, ia memang meladeni saja sms itu, tapi sudah dua kali berkirim balas, tak mau ia menghabiskan pulsa untuk hal yang percuma. … (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 120).

Penggalan novel di atas menjelaskan bahwa setiap perbuatan yang dilakukan secara tersembunyi tanpa sebuah pertanggung jawaban yang konkrit bisa saja menyinggung perasaan orang lain. Hendaklah setiap perbuatan yang dilakukan harus berani dipertanggung jawabkan dan berani menerima setiap akibat dari perbuatan tersebut.
“…. Cueki saja. Kau akan menang bila tak berturutkan emosi. Pengirim itu yang akan berkurang amalnya karena berbuat tak berguna”. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 122).

Penggalan novel di atas menjelaskan bahwa manusia harus bisa menahan segala emosi, dan sabar ketika sedang menghadapi suatu permasalahan, dan sikap sabar jauh lebih baik dari pada memperturutkan emosi, dan melakukan perbuatan yang tidak berguna.
Ia membalik badan, mencari tempat duduk di bawah pohon. Ia akan tetap mengawasi Yumna, bagaimanapun Dira telah ‘menitipkan’ sepupuhnya itu kepada dirinya(Nafsul muthmainnah, 2007 : 145).

Penggalan Novel di atas menjelaskan bahwa manusia yang diberikan amanah untuk melaksanakan sesuatu. Hendaklah dilaksanakan sebagai bentuk Pertanggung jawaban kepada Sang pemberi amanah dan Allah Swt.
Jangan lagi minta saran gadis ini. Atau akan tergantung pada saran-sarannya. Atau kau akan selalu mengambil keputusan dengan dominasinya. Ingat, dia akhwat! Bisa makin runyam.

Penggalan novel di atas menjelaskan bahwa keegoisan seseorang  untuk tidak tergantung pada orang lain, walaupun pada dasarnya dia sendiri membutuhkan saran-saran itu. Ketakutan akan ketergantungan kepada seseorang menyebabkan seseorang bisa bersifat egois. Dan sifat egois merupakan salah satu akhlak yang tidak terpuji.
Penampilan Yumna luar biasa kacaunya, Aurat memang lumayan tertutup. Tapi, oh ! Baju tidurnya hanya seperempat lengan, jilbab kausnya kecil nian. Untung tertolong dengan ukuran yang besar dan celana panjang yang gombor. Tapi, oh !parahnya, ia tampak bodoh sampai beberapa saat berlalu. (Nafsul Muthmainnah, 2007:175).
Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa, manusia hendaknya bisa menjaga penampilan baik itu di rumah atau di tengah-tengah masyarakat. Dan sifat ceroboh bisa menimbulkan rasa malu yang luar biasa, sehingga akal sehat tidak mampu mengontrol atau bertindak cepat melakukan suatu tindakan agar kecerobohan dapat  teratasi .
Ia tak tega menyakiti orang-orang di rumah, yang teramat dicintai. Cinta ? Sejak kapan lagi berkata cinta ? Cinta kepada siapa ? Cinta kepada Tuhan, tantu tak akan menghadirkan sakit dan resah seperti sekarang. Lalu, Cinta kepada keluarga ?Cinta yang membingungkan. Cinta yang membelenggu. Cinta yang membuatnya sulit untuk dewasa. (Nafsul Muthmainnah, 2007: 186).
Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa, cinta adalah sesuatu yang abstrak, tidak ada yang bisa menebak cinta itu seperti apa, keinginan untuk menilai sebuah cinta hanya akan menghasilkan kebingungan. Namun cinta kepada Allah adalah cinta yang paling hakiki, ketika manusia mencintai Allah, maka yang hadir hanyalah kebahagiaan, karena Tuhan akan membalas cinta itu beribu kali lipat. Tapi cinta kepada manusia terkadang akan berbalas kesakitan dan kebingungan semata.
“Nggak, Uni. Saya engga melamun,” Yumna tau berbohong itu dosa. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 213).
Penggalan novel di atas menjelaskan bahwa, pada dasarnya seseorang mengetahui bahwa berbohong itu dosa. Namun, untuk menjaga perasaan seseorang agar tidak terjadi apa-apa adalah dengan berbohong maka itu harus dilakukan agar tidak menimbulkan masalah baru. Atau  yang lebih dikenal dengan istilah berbohong demi kebaikan.
Seusai makan keduanya bergegas masuk bus. Bila mereka berjalan bersebelaha, orang akan memandang heran. Keakraban dua sosok dengan penampilan kontras. Yang seorang berpakaian panjang dan tertutup rapat, yang lain berpakaian mencolok dan sangat ketet. Tapi begitulah, ternyata perbedaan tak membuat mereka suli dekat. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 212).
Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa, manusia dilahirkan dalam kondisi yang berbeda-beda serta sifat dan perilaku yang berbeda-beda pula. Namun, perbedaan itu bukanlah jalan untuk memisahkan keduanya. Tapi dari perbedaan itu bisa timbul kecocokan, karna manusia selain bersetatus sebagai makhluk individu, dia juga berstatus sebagai makhluk sosial, yang senangtiasa berinteraksi dengan orang lain.
“Masya Allah! Ustadz gaul satu ini, masih ingat jalan ke kota, rupanya? Apa kabar Bung Azul?” teriak Wahid. Segera jabat erat dan peluk hangat menjadi sambutan. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 248).
Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa salah satu akhlak terpuji adalah adanya sikap saling menghargai, sikap sopan dan mampu menempatkan dirinya sesuai dengan posisi yang seharusnya. Dalam islam, berjabat tangan dan berpelukan adalah cara untuk menciptakan keakraban.
Tangan mengepal, memukul meja.
“Tepatnya, aku benci kepada mereka. Mereka itu berbahagia di atas penderitaan orang lain. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 253).
Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa manusia di tuntut untuk selalu ikhlas dalam segala hal, karna keikhlasan akan membuat kita bisa menerima kenyataan. Tapi, sebaliknya ketika kita tidak bisa ikhlas maka yang timbul justru adalah akhlak tercela seperti, benci, marah dan dendam, dan sifat itu akan menutup hati agar bisa memanfaatkan orang lain. Q.S Al Muntahanah, ayat 7.
Terjemahannya: Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang di antara kamu dengan orang-orang yang pernah kamu musuhi diantara mereka. Allah Maha Kuasa. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

“Hei! Hei! Hei! Masuk kamar orang sopan dikit donk! Ketuk pintu kek! Tumben kesini!” ucap Yumna tersungut-sungut. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 270).
Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa ketika berkunjung ke rumah seseorang haruslah punya etika agar orang yang di datangi tidak merasa tersinggung karena merasa tidak dihargai.
“Dengar, mayang sayang, apa selama ini aku pernah memperlakukan barang pemberian orang dengan semenah-menah? Semuanya aku rawat baik-baik, kok! Sedongkol apa pun aku pada si pemberi, tak pernah sekali pun aku melempar, membanting, atau apalah Yumna menarik nafas mereda kejengkelan atas sikap Mayang sejang menginjakkan kaki di lantai kamar ini. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 275).
Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa manusia tidak boleh memperlakukan barang-barang pemberian dengan sembarangan, karna pada dasarnya pemberian seseorang kepada kita itu adalah amanah yang harus dijaga bukannya ditelantarkan. Dan kebencian kepada sang pemberi hadiah tidak boleh dijadikan alasan untuk menganiaya barang tersebut.
“Tidakkah kau berusaha belajar dari masalalu, Azwar? Maksudku, biarkan kisah Marlina berlalu. Jangan kau siksa dirimu dengan hal seperti itu. Itu tak logis bagi para pria. Sama sekali tak cerdas kau jadi melankolis karnanya. Tapi, terserah kau sajalah, “Hasbi seolah telah menyerah. Nyatanya ia telah bosan memberi patwah pada Azwar. Hasbi tak menyangka, nama Marlina telah melekat teramat erat di dinding hati Azwar. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 284).
Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa setiap manusia memiliki masa lalnya masing-masing. Namun masa lalu tidak boleh dijadikan penghalang dan sumber masalah untuk mengukir masa depan, tapi masa laluharuslah dijadikan proses pembelajaran agar kita bisa menata masa depan dari masa lalu itu. Dan berpikir positif dapat mengajarkan manusia tentang realita kehidupan.
Yumna mulai disergap perasaan bimbang. Datang tidak, datang tidak disana Lukman berteriak agar tak terlalu menghabiskan pulsanya Faris sedang menunggu jawabannya. Yumna sendiri sedang dirunduh kebingungan. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 301).
Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa manusia tidak boleh hidup dalam kebimbangan, karena kebimbangan hanya mengantarkan manusia pada penentuan sikap yang tidak pasti, yang akhirnya pasti berujung pada masalah.
“Waktu kita yang mengatur, kan? Insya Allah ada, yang bisa Mbuk bantu?” (Nafsul Muthmainnah, 2007:320).
Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa ketika manusia memikirkan apakah ada waktu untuk membantu orang lain, maka sulit untuk membantu. Namun pada dasarnya ketika kita ingin menolong seseorang maka, kita tidak perlu memperhitungkan apakah ada waktu atau tidak.
“Jadilah diri sendiri. Tak selamanya nyaman bersahabat dengan cowok. Atau ikhwan, meski kita sudah sama-sama mengerti batasnya, suara itu tegas di pendengaran Citra. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 325).
Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa manusia tidak usah menjadi orang lain agar bisa diterima di masyarakat. Manusia cukup menjadi dirinya sendiri, dalam pergaulan manusia haruslah bisa mengontrol diri, agar tidak melanggar batas pergaulan.
“Bukankah, yang salah adalah bila kita tak pernah punya harapan? Persoalannya adalah akan dibawa kemana perasaan dan harapan itu. Memeng ada apa, Citra?” berharap benar, gadis itu mau jujur, apa alasannya bertanya ini itu. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 329).
Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa setiap manusia harus memiliki harapan dan berusaha mencapainya. Namun persoalan yang sering muncul adalah, apakah kita mengetahui hendak dibawa kemana harapan itu.
“Pikirkan yang berputar-putar, kau pikir ada manfaatnya?” (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 340).
Penggalan novel diatas menjelaskan bahwaketidakmampuan memutuskan sesuatu. Karena adanya pengaruh dari berbagai sudut pandang adalah hal yang tidak bermanfaat dan hanya akan membuang-buang waktu.
Ibnu Qoyyim Al-Jauziah dalam Al-Fawaid bahwa satu dari sepuluh perkara yang tidak bermanfaat adalah: pemikiran yang berputar-putar pada sesuatu yang tidak bermanfaat.
“Aku masih bingung, kalau mimpi ini baik, aku akan cerita. Tapi bila mimpi ini buruk, sebaiknya tak aku ceritakan,” Ia memainkan kedua tangan dengan jemari. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 343).
Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa, mimpi yang biasa dikenal dengan istilah bunga tidur terbagi dua yaitu mimpi yang baik dan mimpi yang buruk. Mimpi yang baik wajib diceritakan kepada orang lain. Sedangkan mimpi buruk sebaiknya tak diceritakan dan bila perlu hanya boleh diceritakan kepada orang yang dipercaya saja..
Dari Abdul Said Al-Khuddriy. Bahwasanya ia mendengar rasulullah saw. Bersabda.” Apabila salah seorang di antara kamu bermimpi dengan impian yang disukainya, maka sesungguhnya impian itu dari Allah Ta’ala, oleh karena itu hendaknya ia memuji kepada Allah dan menceritakannya kepada orang lain.
“Dan dalam riwayat yang lain dikatakan” janganlah ia menceritakan impian itu kecuali kepada orang-orang yang disukainya.” Dan apabila ia bermimpi dengan impian yang tidak disukainya maka sesungguhnya impian itu dari setan, maka hendaklah ia berlindung diri dari kejelekan impiannya dan janganlah ia ceritakan impian itu kepada siapa pun juga, karna impian itu tidak akan membahayakan dirinya,“ (H.R. bukhari dan Muslim).


“Yumna, siapa pun dia, orang yang telah meriquest itu, kau telah menyanggupinya. Penuhilah, itu janji,” (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 349).
Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa manusia ketika telah berjanji harus ditepati, terlepas kepada siapa kita berjanji, apakah dia seorang teman atau musuh sekali pun.
3.        Ibadah
Menurut M. Abdul (Maryam, 2009). Bahwa ibadah adalah mengesakan Allah, serta menghinakan diri dan menundukkan jiwa kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. An-Nisa (4) : 36 : ” Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.
Sedangkan menurut Asse (Maryam, 2009) bahwa ibadah adalah bertaqarub (mendekatkan diri) kepada Allah dengan menaati segala perintahnya, menjauhi segala larangannya dan mengamalkan segala yang diizinkannya. Ibadah ada dua macam, yaitu: ibadah umum dan ibadah khusus.ibadah umum adalah segala yang diizinkan Allah swt. Sedangkan ibadah khusus adalah ibadah yang di tetapkan Allah swt secara terurai jelas, dan tegas tentang waktu dan tata caranya.
Adapun nilai ibadah dalam Nafsul Muthmainnah sebagai berikut:
Denting jam dinding berhasil menyadarkan. Pada waktu ini semestinya ia sudah berada di suatu tempat. Sesaat lagi adzan berkumandang. Beranjak Hasbi dari kursi. Sekilas disapunya langit timur bersiluet putih. Mengayun langkah, menurun tangga kakinya naik di atas sandal Usung, mesjid itu ada disamping asrama. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 78).
Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa shalat mengajarkan tentang kedisiplinan dan suara adzan merupakan petunjuk dan tanda bahwa waktu shalat telah tiba. Dan dalam Islam dianjurkan untuk shalat secara berjamaah, karena shalat berjamaah akan melipat gandakan pahala shalat. .(Q.S Al-Ankabbut( 29) ayat 45.
Terjemahan: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepada-Mu, yaitu alkitab (Al-Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain) dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Alasan tetap tinggal di sini untuk membangun peradaban terdengar menggelikan. Meski hingga sekarang, belum ada yang meragukan kesungguhannya untuk membangun kampung halaman. Amanah disana cukup banyak, sulit untuk ditinggalkan. Ia harus segera minta saran kepada seseorang…..(Nafsul Muthmainnah, 2007 : 81).

Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa setiap manusia memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan memperbaiki kampung halaman, dan menjaga amanah sebagai bagian tanggung jawabnya.
Yumna memilih untuk terus meyakinkannya. Ia tak boleh memperturutkan firasat.  Apa yang akan ditempuh saudara seimannya itu adalah untuk kebaikan umat juga. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 86).
Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa manusia yang baik adalah manusia yang mau mengabdi dan mengaflisasikan ilmumnya untuk kebaikkan umat sehingga ilmu yang dimilikinya dapat bermanfaat dengan baik.
“Dari pada seperti ini. Masalah kesekian menimbulkan cerita yang tidak enak. Hasbi …… atau Antum memilih menolong gadis itu?” selidik ustadz (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 144).
Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa setiap manusia memiliki permasalahan masing-masing dimana masalah terkadang bersumber dari cara kita berinteraksi dengan orang lain, dan bila tidak diselesaikan maka akan menghasilkan permasalahan baru. Untuk itu manusia dianjurkan untuk saling tolong menolong agar setiap permasalahan dapat teratasi.Q.S At-Taubat, ayat 112
Terjemahan:Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan di beri rahmat oleh Allah : sesungguhnya Allah Maha Perkasa dan Bijaksana. (Q.S Al-Ankabbut ( 29) ayat 45.)

“Apapun mau mu, aku turuti sajalah!Dari pada kita bertengkar lagi. Kau tidak akan membiarkan ku meninggalkan sunah Rasul, kan?” tentu yang dimaksud Yumna adalah makan sahur. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 128).


Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa manusia tidak boleh egois dan memperturutkan nafsu, dan mengalah adalah jalan terbaik untuk menciptakan kedamaian, Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa merupakan kewajiban bagi umat islam untuk mengikuti dan melaksanakan sunah Rasul. Dan sahur adalah salah satu sunah Rasul.
Hadis dari Anas Ra, Ia berkata: Rasulullah saw bersabda” makan sahurlah kalian, karna sesungguhnya didalam makan sahur itu terdapat berkah”. (HR. Bukhari dan Muslim)


Setelah puas menghamparkan pandangan kesekeliling, Gofur mengajak turun, diikuti Dira, Yumna, dan Linda. Mereka mencari musholah di area wisata untuk shalat dzuhur. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 142).
Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak beribadah, karena semua tempat bisa dijadikan tempat beribadah.Jika waktu beribadah telah tiba, maka manusia dianjurkan untuk melaksanakan ibadah. (Q.S An-Nisa ayat 103).
Terjemahan: Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (Mu). Ingatlah Allah di waktu berdiri, diwaktu duduk dan diwaktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat (sebagai mana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman (Q.S An-Nisa ayat 103).
Teman-teman sekamarnya mungkin sedang tadarrus. Sedang ia ? Ah! Hasbi memang santri yang berbeda dalam segala hal. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 153).
Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa ketika seseorang sedang beribadah dan bertasbih memuji kebesaran Allah. Seseorang tengah bimbang dengan pilihan hidunya. Tadarrus atau membaca ayat suci Al Quran akan mengingatkan kita kepada kebesaran Allah, dan bisa mempertebal keimanan seseorang.
Subuh yang menggigit tulang. Yumna telah menyelesaikan halaman terakhir Jus dua puluh Sembilan. Satu Jus lagi, ia menghatamkan Al Quran untuk kedua kalinya sepanjang Ramadhan. (Nafsul Muthmainah, 2007 : 170).
Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa bulan ramadhan adalah bulan yang paling baik bagi manusia untuk memperbanyak amal, termaksud membaca ayat suci Al Quran. Dan membaca Al Quran adalah salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah swt. QS.Al Baqarah ayat 2.
Terjemahan: Sebagai mana kami telah mengutus kepadamu seorang Rosul (Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan ayat-ayat kami, menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu kitab (AL Quran) dan hikmah (sunnah), serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui (QS Al Baqarah, ayat 2).

“Kau tadi tak tarawih, ya ? pertanyaan itu lebih bermaksud tuduhan (Nafsul Muthmainah, 2007 : 181).
Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa, shalat tarawih dianjurkan untuk dilaksanakan pada bulan Ramadhan.
Meski mendekati akhir waktu dzuhur, mushala masih ramai oleh jamaah. Hasbi tertinggal shalat berjamaah. Bergegas ia menuju tempat wudhu. Ada tertulis terpampang di pintu. Untuk sementara tempat wudhu pria tidak dapat digunakan, sedang dalam perbaikan. Ia segera beralih ketempat wudhu wanita. Pintu tertutup rapat. Diketuknya pelan. Suara air jatuh dari keran, gemericik. Ia harus menunggu dengan sabar. Seorang ibu dan anaknya keluar. Lekas ia masuk, menutup pintu. (Nafsul Muthmainah, 2007 : 183).
Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa waktu shalat memiliki batasan waktunya masing-masing. Shalat bisa dilaksanakan secara berjamaah atau secara individu. Sebelum shalat manusia dianjurkan untuk mensucikan diri terlebih dahulu. Dan pengambilan air wudhu sebelum shalat adalah proses pensucian diri untuk menghadap Allah swt.
….Waktu Ashar telah menghampiri Bakauheuni. Hampir saja ia mengurunkan niat uantuk mencari tempat duduk. Tapi, ia segera ingat, Shalat Ashar telah ia dirikan secara jamak takdim. (Nafsul Muthmainah, 2007 : 189).
Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa ketika waktu shalat telah tiba, umat muslim dianjurkan untuk segera mendirikan shalat, namun ketika manusia dalam perjalanan jauh, maka manusia boleh menjamak shalat,yaitu tindakan melaksanakan dua shalat sekaligus dalam satu waktu shalat.
Sayup suara itu terdengar, diiringi hembus angin malam yang menusuk tulang. Desiran lembut mengembalikan, membawanya menelusuri jalan kecil menuju surau untuk mengaji,….(Nafsul Muthmainnah, 2007 : 198).
Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa lantunan ayat suci Al Quran, bisa mengingatkan kita kepada masa lalu dan menetralkan hati. Pembacaan ayat suci Al Quran dan memahami maknanya akan semakin mendekatkan kita kepada Allah swt, dan lebih memahami tentang agama.
Gadis itu sedang menunggu adzan. Sesaat lagi setelah dzikir sore itu selesai, akan segera disambung adzan yang dikumandangkan dari studio radio yang sama. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 291). Setelah shalat, rencananya Yumna akan istirahat.
Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa manusia yang baik adalah manusia yang senantiasa beribadah kepada Allah, dengan berbagai cara. Dengan beribadah akan selalu mengingatkan posisi kita sebagai hamba Allah dan menjauhkan diri dari sifat sombong. QS. Al Baqarah ayat 110.
Terjemahan: Dan laksanakan shalat dan tunaikanlah zakat. Dan segala kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu, kamu akan mendapatkannya (pahala) disisi Allah. Sungguh, Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Q S Al-Baqarah ayat 110).

Yumna bergegas menuju kamar mandi, tak lama kembali masuk kamar, menuju meja, diraihnya mushaf. Lalu kembali keluar kamar. Tak lama kemudian bergetar bibirnya membaca berderet huruf. Ia sedang berupaya keras menghalau gelisah. Saat, hatinya tengah kepayahan untuk tenang. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 342).
Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa, ketika manusia berada dalam kegelisahan, maka membaca ayat-ayat Allah adalah salah satu cara untuk mengusir kegelisahan. Dengan membaca ayat-ayat Allah akan semakin mendekatkan diri kepada-Nya, dan menyerahkan segalanya hanya kepada-Nya. QS. Al Alaq ayat
Terjemahan: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-Mu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan-Mulah yang maha mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas.Apabila melihat dirinya serba cukup. Sungguh hanya kepada Tuhan-Mulah tempat kembali (Mu). Bagaimana pendapatmu tenteng orang yang melarang? Seorang hamba ketika dia melaksanakan shalat. Bagaimana pendapatmu jika dia (dilarang shalat itu) berada di atas kebenaran (petunjuk) atau dia menyuruh bertaqwa kepada Allah. (Q.S. Al-Alaq).

“Menikahlah, dengan segera. Dengan begitu, kau akan menolongku. Membuatku tenang dan setidaknya, aku belum terlambat untuk menata hati, diri dan hari-hariku”, lalu sepi….(Nafsul Muthmainnah, 2007 : 383).
Penggalan novel diatas menjelaskan bahwa pernikahan dianjurkan bagi manusia yang telah dewasa dan mampu secara fisik dan psikis, dan dengan menikah, akan bisa menjaga diri dari fitnah dan membantu untuk mngontrol diri dalam pergaulan. Dan menjaga hati semua orang dari perbuatan buruk sangka. 




Share your views...

6 Respones to "UNSUR RELIGIUS ISLAM YANG TERKANDUNG PADA NOVEL “NAFSUL MUTHMAINNAH” KARYA ANFIKA NOER"

Unknown mengatakan...

nofel yg bgtu indah
sejuta kisah telh hbskn tinta
berentet cinta keringkn kntung mta
apkh sia"blka
ataukh brahir d drmga
arungi bahtra dg mabliga
epilog cinta yg d nanti


17 Oktober 2016 pukul 05.31
Inna mengatakan...

Maaf, boleh minta info toko buku mana yg msih jual novel ini? Baru ato bekas gpp.


28 Oktober 2016 pukul 07.42
Unknown mengatakan...

Cek d buka lapak saja


10 Juli 2018 pukul 18.55
Unknown mengatakan...

Saya penasaran siapa yang telah mempublikasikan materi ini tanpa persetujuan saya dan teman saya. Setahu saya ini adalah resensi yang saya kerjakan tahun 2011. Bahkan sampai sekarang saya masih memiliki filenya. KEPADA RADINAL AIDIN TOLONG JANGAN MENGKLAIM SESUATU YANG BUKAN MILIK ANDA. SANGAT TIDAK AKADEMIS.


10 Juli 2018 pukul 19.03
Unknown mengatakan...

Maaf. Perasaan ini bukan hasil karya Radinal Aidin deh. Tp ini skripsi milik alvina. Tolong jangan bajak hasil karya orang dong. Kalaupun ingin dipublikasikan pakai dong nama pemilik aslinya atau setidaknya minta sama yang punya.


12 Juli 2018 pukul 20.19
Unknown mengatakan...

Aduh...RADINAL AIDIN sang plagiator sejati pengin cerdas tp ternyata tdk mampu Berkarya. masa hasil org Lain diakui milik pribadi. Anehhh tau.... Maluu donkk pada diri sendiri.


12 Juli 2018 pukul 20.23

Posting Komentar

 

© 2012 UKM Seni To'do Limayya PERTI YAPIM All Rights Reserved Thesis WordPress Theme Converted into Blogger Template by Hack Tutors.info